BDG Connex
Shows Venues Artworks Artists Sign in Sign up ◼︎
Setiawan Sabana
Overview Works CV
BIOGRAPHY

Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA lahir di Bandung, 10 Mei 1951 merupakan Guru Besar pada Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Lulus pada jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung pada tahun 1977 dan mendapatkan gelar Doktorandus. Setiawan Sabana kemudian mendapatkan kesempatan melalui beasiswa Fullbright dan melanjutkan studinya ke jenjang master di Art Department, Northen Illinois University, Amerika Serikat dan mendapatkan gelar Master of Fine Art pada tahun 1982. Studinya di Amerika membukakan banyak kesempatan untuk melihat perkembangan seni secara internasional, sekaligus mengembangkan ide maupun visual dalam kekaryaannya. Pada tahun 2002 Setiawan Sabana mendapatkan gelar Doktornya pada Program Pasca Sarjana Institut teknologi Bandung dengan penelitian mengenai Seni Rupa Kontemporer di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina).

Penelitian yang berjudul Spiritualitas dalam Seni Rupa Kontemporer di Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina sebagai Wilayah Kajian adalah upaya untuk mengenali dan mendeteksi lebih lanjut bagaimana kehidupan berbudaya, baik aspek rohani dan non-rohani mempengaruhi dan tertangkap dalam karya-karya seni rupa kontemporernya. Menggaris bawahi pertanyaan nilai-nilai kehidupan macam apakah yang dievaluasi, direkam, dan diaspirasikan oleh seniman generasi baru di kawasan tersebut. Kemudian bagaimana bauran nilai-nilai keagamaan yang tampak hadir dalam keseharian masyarakatnya dengan kenyataan lain seperti pesoalan ekonomi dan materi non-rohani terungkap dalam karya seni kontemporernya.

Suami dari Elly Setiawan dan Ayah dari Patra Aditya dan Syarif Maulana ini tengah menjalankan ruang Garasi 10 yang telah dirintis semenjak tahun 2012 yang berlokasi di garasi rumahnya di Jl. Rebana no.10 Bandung. Garasi 10 merupakan sebuah ruang gagas yang banyak melakukan aktifitas kebudayaan dari mulai seni rupa, musik, hingga diskusi mengenai berbagai ide.

Menyadur dari pengantar yang diakses pada lama resmi Garasi 10, bahwa ruang ini berusaha untuk menggali kepekaan terhadap pemaknaan ruang ke potensinya yang lebih luas. Garasi yang malam hari merupakan tempat menyimpan mobil, secara sadar diperluas fungsinya sebagai galeri, tempat diskusi, kelas-kelas non formal, ruang pertunjukan musik, dan potensi-potensi lain yang menanti untuk diterapkan.

Garasi 10 juga berusaha untuk menjadi jembatan antara masyarakat kebanyakan dan lingkungan-lingkungan yang lebih khusus dan tertutup. Musik klasik atau pameran seni jika dilaksanakan di gedung konser serta galeri seni tentu sudah bukan hal aneh. Namun aksesnya menjadi sangat terbatas dan seolah ekslusif. Lain halnya jika kemudian pertunjukan musik dan karya ini dibawa ke garasi, maka terciptalah akses yang lebih luas bagi masyarakat. Demikian halnya dengan pendidikan akademik formal. Banyak sebenarnya ilmu-ilmu yang dapat diterapkan secara praktis oleh masyarakat, namun akses informasi tersebut sungguh terbatas pada lingkungan akademik saja. Lewat kelas-kelas yang dilaksanakan di Garasi 10, pengetahuan diajak untuk kembali membumi untuk kemudian diterapkan dalam keseharian.

Garasi ini, harapannya, di kemudian hari tidak menjadi milik Garasi 10 saja. Namun setiap garasi di rumah-rumah kemudian memiliki pemaknaannya masing-masing, membangun silaturahmi dan menebar manfaat dalam keseharian. Garasi 10 merupakan buah perenungan dari seniman Setiawan Sabana yang kemudian memberdayakan garasi di kediamannya di Jl. Rebana 10 Bandung.

WORKS

© BDG Connex 2017 - 2024