Bertemunya dua seniman dalam satu ruang pamer selalu menawarkan catatan menarik. Apalagi jika pameran itu digagas dengan kesadaran khusus dimana mereka akan memposisikan dirinya melalui karyanya masing-masing secara bersamaan tidak untuk membangun ruang kolaboratif dalam proses penciptaan seni, juga bukan sebagai yang berdampingan untuk sekedar saling melengkapi, melainkan sebagai sesuatu yang langsung menjadi pembanding satu sama lain dalam posisi yang saling berhadapan. Kata ‘berhadapan’ dalam konteks pameran ini menjadi diperlukan, selain ia mewakili kata kerja aktif untuk membangun ruang dialog positif yang terbuka, setara dan sejajar seperti layaknya saling bercermin, namun di sisi lain bisa memunculkan premis baru yang memungkinkan dialog itu dibangun lebih seru dan menantang: duel!.