BDG Connex
Shows Venues Artworks Artists Sign in Sign up ◼︎

Pentas Teater Monolog "Tjut Nyak Dhien"

NuArt Sculpture Park Jul 13th, 2018

Pentas Teater Monolog
"Tjut Nyak Dhien"
oleh Sha Ine Febriyanti (aktor & sutradara)

Jumat, 13 Juli 2018
Pk. 19.30
di Gedung Dome
NuArt Sculpture Park

Teater Monolog Cut Nyak Dhien mengangkat sisi perempuan Cut Nyak Dhien sebagai seorang istri dan ibu yang juga goyah ke/ka kehilangan menghampiri kehidupannya. Seorang istri yang gelisah acap kali suaminya pamit ke medan perang dan tak terdengar kabar keberadaannya. Meski dirinya memahami resiko yang akan dihadapi suaminya berhadapan dengan para khape di medan juang; Cut Nyak Dhien tetaplah perempuan yang punya rasa, yang hanya hancur, dan menangis kala yang datang adalah kabar duka.

_

Pementasan akan dilanjutkan dengan sesi diskusi terbuka
Gratis (Reservation only 0877-2743-5468)

Acara ini didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, BEKRAF
Bekerja sama dengan NuArt Sculpture Park



Nama Cut Nyak Dhien tidak asing. Namun, selama ini kita lebih mengenal Cut Nyak Dhien dari sisi maskulinnya sebagai seorang perempuan pejuang perkasa dari Nanggroe Aceh Darussalam yang pantang menyerah. Cut Nyak Dhien tak pernah menunjukkan kepedihan hati maupun dukanya saat ditinggal pergi orang yang dikasihinya; suaminya, Teuku Ibrahim ataupun Teuku Umar. Sebagai seorang ibu, Cut Nyak Dhien harus tetap terlihat tegar di depan anaknya, juga di depan mereka yang membutuhkan tuntunan dan kepemimpinannya. 


Teater Monolog Cut Nyak Dhien mengangkat sisi perempuan Cut Nyak Dhien sebagai seorang istri dan ibu yang juga goyah ketika kehilangan menghampiri kehidupannya. Seorang istri yang gelisah acap kali suaminya pamit ke medan perang dan tak terdengar kabar keberadaannya. Meski dirinya memahami resiko yang akan dihadapi suaminya berhadapan dengan para khape di medan juang; Cut Nyak Dhien tetaplah perempuan yang punya rasa, yang hatinya hancur, dan menangis kala yang datang adalah kabar duka. 

Setelah kematian Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bangkit untuk meneruskan jejak dan semangat juang suaminya, bergerilya bersama pasukannya hingga dirinya ditangkap dan dijauhkan dari tanah kelahirannya; diasingkan ke pulau Jawa. Dari Cut Nyak Dhien, kita belajar tentang keberanian, prinsip, serta perlawanan sekuat - kuatnya dan tak henti. 


Kisah ini dituturkan Cut Nyak Dhien dari hutan Sumedang, tempatnya menjalani masa - masa pengasingan hingga tutup usia pada 6 November 1908. Teater Monolog Cut Nyak Dhien disutradarai dan dimainkan oleh Sha Ine Febriyanti. Dipentaskan pertama kali pada 2014 di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta dan dibawa berkeliling ke beberapa kota di Indonesia pada 2015. Pada 109 tahun kepergian Cut Nyak Dhien, monolog Cut Nyak Dhien dipentaskan kembali pada 16 November 2017 di Bentara Budaya Jakarta.

_

Tim Kreatif:
§ Sha Ine FEBRIYANTI – Aktor, Sutradara
§ Jassin BURHAN – Pemusik
§ Rizal RAKHMANDAR - Multimedia
§ Chandra FIRDAUS – Penata Suara
§ Jodi Rendra PRAMESWARA – Penata Cahaya & Properti
§ Olyvia BENDON Marketing

Tentang Aktor & Sutradara:
SHA INE FEBRIYANTI
, seorang pekerja seni, aktris teater, film, dan sutradara Indonesia yang mengawali karir sebagai model pada 1992. Pada 1999 mulai merambah dunia seni peran dan mengakrabi teater saat mendapat kepercayaan memerankan Miss Julie. Pada 2014 – 2015 menggarap kisah Cut Nyak Dhien ke dalam teater monolog yang disutradarai dan diperankannya sendiri serta dipentaskan di beberapa kota termasuk Banda Aceh.
Pada Juni 2017 berperan dalam repertoar Biduanita Botak dan berpartisipasi mewakili Indonesia pada Festival Teater Internasional di Gori, Georgia. Di Oktober 2017, menggarap dan mementaskan kisah Gayatri Rajapatni dalam teater monolog di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.
Di bidang film, peraih beasiswa Asian Film Academy di Busan, Korea Selatan, 2012, dan Pemeran Utama Wanita Terpuji Festival Film Bandung 2016 serta nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2016 lewat peran monolog dalam film Nay ini; menggarap film pendek Kita vs Korupsi sebagai media penyuluhan anti korupsi, dan menyutradari Tuhan Pada Jam 10 Malam. 
Bersama beberapa kawan volunteer, sejak 2012 mendirikan Rumah Ilmu sebagai wadah kreatif bagi anak – anak di sekitar rumah untuk berbagi, belajar dan bermain bersama mengenal seni dan budaya seperti tari, musik, teater, film, gambar, silat, dan lain – lain. Rumah Ilmu terbuka bagi siapa saja yang memiliki energi yang sama untuk berbagi ilmu.

Repertoar Teater:
•  Miss Julie (1999 dan 2012), Teater Lembaga, karya August Stindberg, sutrada Joseph Ginting 
•  Opera Primadona (2000), Teater Koma, karya dan sutradara Nano Riantiarno 
•  Whalers On The South Seas (2000), Rinko Gun Japan, sutradara Yoji Sakate 
•  Ekstrimis (2003), karya William Mastrosimone, sutradara Eka D Sitorus 
•  Gandamayu (2012), Teater Garasi, karya Putu Fajar Arcana, sutradara Ahmad Yudi Tajudin dan Gunawan Maryanto 
•  Lear Asia (2015), sutradara Iswadi Pratama 
•  The Bald Soprano (2017), Georgia, sutradara Amin Kamin 
•  Koruptur Pamit Pensiun (2017), sutradara Agus Noor 
•  Sur> dan Tiga Sawunggaling (2011), teater monolog, karya Goenawan Mohamad, sutradara Sitok Srengenge 
•  Warm (2013), monolog akrobat, teater Rictus, karya Ronan Chenau, sutradara David Bobbee 
•  Wakil Rakyat Yang Terhormat, monolog, karya dan sutradara Fajar Putu Arcana 
•  Drop (2014), monolog akrobat, karya Ronan Chenau, sutradara David Bobbee 
•  Cut Nyak Dhien (2014, 2015), monolog, karya Prajna Paramita, sutradara Sha Ine Febriyanti
•  Gayatri: Reinkarnasi (2017), monolog, sutradara Yustiansyah Lesmana 



 

© BDG Connex 2017 - 2024