BDG Connex
Shows Venues Artworks Artists Sign in Sign up ◼︎

Pameran Yusa Widiana: Refresh The World di Dapur Harapan Nusantara

Bandung Art Month 3 EDANKEUN Sep, 4th - 20th, 2020

PAMERAN SENI RUPA
YUSA WIDIANA
FEAT
DAHAN
DAPUR HARAPAN NUSANTARA
 
04 – 20 SEPTEMBER 2020
SOFT OPENING
JUMAT,04 SEPTEMBER 2020
 
GRAND OPENING
JUMAT, 11 SEPTEMBER 2020
 
PENULIS
AAK NURJAMAN

Alamat kegiatan/offline dikaki gunung Burangrang Bojong loa desa Babakan dahan/dapurharapan Nusantara online wa/cp.081223408905

FB yusa Widiana
Ig Yusa Widiana

Refresh The World: Bersyukur Bersama Alam
Catatan Pengantar Aa Nurjaman
 
Pameran Yusa Widiana di Dapur Harapan Nusantara kali ini bertajuk “Refresh The Word”. Pameran tunggalnya kali ini merupakan pameran tunggal ketiga kalinya, yang saya amati melalui catatan pengantar. Pertama Pameran tunggal di Rumah Proses dengan tajuk “Glocal” (Global versus Local), kedua di Dapur Nusantara bertajuk “Gotong-Royong Re-Born” dan ketiga kali ini masih di Dapur Harapan Nusantara bertajuk “Refresh The World”.
Karya-karya Yusa, sejauh pengamatan saya, berbicara masalah alam, terutama alam Nusantara yang erat dengan masyarakat petani dengan segala pernak-perniknya. Memang karya seni berikut filosofinya yang sejalan dengan alam adalah karya seni belahan dunia Timur, atau lebih tegasnya seni Asia. Karya-karya seni Timur, bagaimanapun modernnya pasti mengacu kepada permasalahan alam dan lingkungannya.

*AKB*Pengunjung Di wajibkan menggunakan masker
#yusawidiana
#yusa.artwork
#dahan
#dapurharapannusantara
#EXHIBITION
#BDGCONNEX
@yusawidiana
@yusa.artwork
@bandungartmonth
@bdgconnex

Refresh The World: Bersyukur Bersama Alam
Catatan Pengantar Aa Nurjaman
 
Pameran Yusa Widiana di Dapur Harapan Nusantara kali ini bertajuk “Refresh The Word”. Pameran tunggalnya kali ini merupakan pameran tunggal ketiga kalinya, yang saya amati melalui catatan pengantar. Pertama Pameran tunggal di Rumah Proses dengan tajuk “Glocal” (Global versus Local), kedua di Dapur Nusantara bertajuk “Gotong-Royong Re-Born” dan ketiga kali ini masih di Dapur Harapan Nusantara bertajuk “Refresh The World”.
Karya-karya Yusa, sejauh pengamatan saya, berbicara masalah alam, terutama alam Nusantara yang erat dengan masyarakat petani dengan segala pernak-perniknya. Memang karya seni berikut filosofinya yang sejalan dengan alam adalah karya seni belahan dunia Timur, atau lebih tegasnya seni Asia. Karya-karya seni Timur, bagaimanapun modernnya pasti mengacu kepada permasalahan alam dan lingkungannya. Seni lukis modern-kontemporer pasti mengacu pada seni dekoratif-ornamentik yang terdapat pada beragam bangunan kuno, seni wayang dan seni batik. Seni patung mengacu kepada berbagai artefak arca-arca batu dan kayu yang terdapat pada setiap suku bangsa tradisional. 
Lain halnya dengan karya-karya seni di belahan Barat. Seni lukis berusaha menjadi seni abstrak murni dalam arti tidak sejalan dengan bentuk-bentuk alam, demikian pula seni kontemporer yang menjadi sumber produksi tanda-tanda semiotik. Seni patung diproses dengan melebur material alam menjadi bahan-bahan plastis semacam peleburan logam, polyester resin/fiber glas, plastic, serbuk kayu, silicon dan lain sebagainya supaya bisa dikuasai dan dikendalikan oleh seniman melalui teknik cetak. Seni Barat mengutarakan filosofi bagaimana cara mengendalikan alam sesuai dengan keinginan senimannya. 


Dari Bahasa Seni ke Bahasa Produk Budaya
Kita bisa melihat pengejawantahan bidang seni budaya terhadap kehidupan manusia di abad industri. Di Barat, Industri difokuskan pada penguasaan material. Material alam seperti batu mulia diolah menjadi logam, sementara bahan-bahan alami diolah menjadi meterial sintetis semacam karet silicon, plastik, cat pigmen dan lain sebagainya. Material hasil peleburan itu kemudian menjadi bahan baku pabrik-pabrik industri yang menghasilkan barang-barang bermesin hingga pesawat berteknologi perangkat lunak. Material alami seperti kayu, bambu, rotan, digerus mejadi serbuk kemudian dicetak menjadi barang-barang mebel dan perkakas rumah tanggalainnya. 


Lain halnya dengan barang-barang di belahan Timur. Barang-barang mebel masih menampilkan kayu solid, anyaman bambu, rotan, akar, kain tenun, kain batik dan lain sebagainya. Alat-alat tranportasi masih berupa dokar, sampan dan lain sebagainya. Negara-negara di Asia menjadi pasar barang-barang industri Eropa, kendati kini sebagian kecil dari mereka mengadopsi teknik industri Barat dalam memproduksi peralatan transportasi, mesin-mesin industri, barang-barang keseharian, hingga peralatan perkantoran.   
Yusa Widiana, seorang seniman berjiwa kritis. Karya karya Yusa Widiana pada dua pameran tunggalnya sebelum masa Pandemik, selalu mengutarakan tentang kebudayaan lokal yang semakin tergerus oleh kemajuan industri super modern. Dalam suatu pembicaraan podcast di Yogyakarta, ia mengutarakan kekhawatirannya mengenai kelangsungan tradisi seni di daerah-daerah karena tergerus sistem industri.Melalui karya-karya lukisan dan instalasinya, Yusa selalu mengutarakan, bahwa perilaku yang selaras dengan alam adalah kodrat hidup yang mesti dijalankan guna kelanggengan hidup kita dari generasi ke generasi (Podcast dengan Yusa Widiana).


Kembali kepada Alam, Makna Esensial Pandemik.
Di masa pandemik dalam kurun waktu hampir satu tahun belakangan ini, industri-industri besar kelas dunia pada gulung tikar dan bangkrut. Demikian pula negara-negara kapitalis yang selalu berusaha menguasai sumber-sember alam, kini dilanda resesi tingkat tinggi, yang tidak bisa dibenahi dalam kurun waktu dua tiga tahun. Di Indonesia pun begitu. Pandemik sudah memporak-porandakan seluruh sistem perekonomian yang berbasis industri, tetapi ada pengecualian, masyarakat pedesaan tetap hidup normal sebagaimana biasanya.  
Dalam sebuah wawancara di Yogyakarta, seorang warga Swiss mengutarakan bahwa masyarakat Eropa dewasa ini sedang limbung, sebab segala sesuatunya dari mulai makan, tidur, bekerja, pendidikan dan terutama pengangguran, diatur oleh negara. Hidup mereka menjadi manja dan menjadi tidak terbiasa berpikir dalam mengahadapi fenomena alam. Indonesia, memiliki masyarakat dengan mental baja, yang selalu mampu mengatasi persoalan apapun dengan mengandalkan kepada potensi diri dan potensi alamnya.Apabila Indonesia berani mengembargo sendiri, negara-negara di Eropa akan kelaparan (Wawancara dengan Markus Sanker).
Apa yang dengan pandemi corona sekarang ini, tidak lain adalah peringatan, bahwa perilaku hidup kita harus selaras dengan alam. Inilah poin penting yang saya dapatkan dalam karya-karya Yusa Widiana.  
Kita bisa melihat antara lain karya yang mengetengahkan instalasi lesung tua yang sudah tidak berfungsi, didirikan disamping lumbung padi dan diatasnya ditaruh seikat padi / geugeusan.  
“Kita kan Kembali di sini” 2020, lesung kayu dan padi.
Karya instalasi lainnya adalah bangunan barbasis material bambu yang disusun menyerupa gunung, yang mengetengahkan kembalinya perilaku manusia kepada kehidupan alami. 
“Lelaku, perilaku, hayatku” 2020. Bambu.
“Reflika Alam Kami” 2020, polyester resin dan bambu.
“Tunas Bangsa” 2020, material alami.
Satu poin penting dari seniman Yusa Widiana, ia mampu membaca perbedaan seni Timur dengan seni Barat. Seni Timur berusaha selaras dengan alam, sedangkan seni Barat berusaha menguasai alam. ***
 
Patehan Tengah Yogyakarta, 2 September 2020.
 
Sumber:
Wawancara Podcast di Studo Paidjos, Ngadisuryan, Yogyakarta, tanggal 23 Februari 2020.
Wawancara dengan Markus Sanker (Sweetzerland), Easy Garden Resto, Suryodiningratan, Yogyakarta, tanggal 30 Juli 2020.
 

© BDG Connex 2017 - 2024