Mademoiselle Maurice lahir dan besar di daerah pegunungan tinggi Savoy dan menempuh pendidikan tinggi bidang arsitektur di kota Lyon, Prancis. Sempat bekerja di Jenewa, Swiss dan kini menetap di kota Marseille, ia pernah bermukim selama setahun di Tokyo, Jepang.
Selama satu tahun di negeri matahari terbit tersebut, Mademoiselle Maurice ikut mengalami sendiri gempa bumi, tsunami dan meledaknya pembangkit tenaga listrik nuklir di Fukushima pada tahun 2011.
Berangkat dari beragam peristiwa yang menyentuh rasa kemanusiaannya tersebut, ia mulai membuat karya seni urban. Salah satu inspirasinya datang dari kisah nyata Sadako Sasaki, seorang gadis kecil yang hidup dalam tragedi bom Hiroshima. Sebuah legenda di Jepang mengatakan, “Siapapun yang membuat seribu origami bangau, permintaannya akan dikabulkan”. Sadako sang korban “penyakit bom atom” Perang Dunia II membuat seribu origami burung bangau namun meninggal saat baru berhasil membuat 644 buah. Origami burung bangau menjadi simbol perdamaian.